Leigh Van Bryan (26) sang pemilik kicauan, diborgol dan terus berada di bawah penjagaan bersenjata di sebuah sel setelah mendarat di Los Angeles dengan teman, Emily Banting. Ia ditempatkan satu sel dengan pengedar narkoba Meksiko.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS membidik Van Bryan sebagai ancaman potensial setelah ia berkicau di akun Twitternya tentang perjalanan yang akan dilakukannya ke Hollywood. Sebelum terbang, ia menuliskan tweet: 'Terbebas pekan ini...bersiap sebelum aku pergi dan menghancurkan Amerika'.
Namun belum juga menginjakkan kaki di Hollywood, dia langsung digelanang aparat keamanan sesaat setelah mendarat.
Pada petugas, ia berdalih 'menghancurkan' (destroy) adalah bahasa prokem remaja Inggris untuk menyebut 'pesta'. Namun, alasan itu tak cukup meyakinkan bagi aparat keamanan untuk melepaskannya.
Van Bryan juga ditanyai tentang tweet lain yang menyatakan selama tiga pekan akan berada di Hollywood dan akan menggali kubur Marilyn Monroe. Agen federal bahkan mebuka kopernya untuk mencari sekop untuk maksud itu. Mereka mengklaim Emily bertugas mengawasi sementara Van Bryan menggali makam Marilyn.
Manajer bar asal Coventry, dan temannya, Emily dari Birmingham, kemudian ditanyai selama lima jam di bandara sebelum mereka diborgol dan dimasukkan ke dalam sebuah van dengan label 'imigran ilegal'. Mereka menghabiskan 12 jam dalam sel terpisah sebelum dibawa kembali ke bandara untuk dideportasi lewat Paris.
"Para pejabat mengatakan bahwa kami tidak diperbolehkan masuk ke negara itu karena tweet Leigh. Mereka ingin tahu apa yang akan kami lakukan," kata Emily setibanya di Inggris. "Mereka bertanya mengapa kami ingin menghancurkan Amerika dan kami mencoba untuk menjelaskan yang kami maksudkan adalah pesta."
Soal menggali kubur Marilyn Monroe, katanya, kalimat itu hanyalah contekan dari dialog dalam film komedi AS berjudul Family Guy. "Hal ini menjadi lebih konyol karena pejabat menggeledah koper-koper kami dan mengatakan mereka sedang mencari sekop," ujarnya seraya menambahkan, sekujur tubuhnya juga digeledah.
Van Bryan memposting tweet pada 16 Januari sebelum pasangan ini terbang ke LA Senin lalu. "Ini tak lagi lucu tapi menakutkan. Mereka memperlakukan aku seperti teroris," ujarnya.
Departemen Keamanan Dalam Negeri baru-baru ini dikritik atas akun palsu mereka di Twitter. Langkah ini dinilai hanya akal-akalan mereka untuk menyensor kata-kata 'sensitif' untuk kemudian melacak orang yang melontarkannya.
Kelompok pemerhati privasi online, The Electronic Privacy Information Centre, meminta di bawah UU kebebasan informasi untuk bisa mengakses dokumen mereka, namun tak pernah dapat jawaban.
TEMPO.CO
Bagaimana Menarikkan Article Pada Hari Ini . BLUE.Jangan Lupa Datang Lagi Untuk Membaca Article Yang lebih Menarik Pada Masa Akan Datang/
Posting Komentar